Sahabat-sahabatku..

Thursday, January 28, 2010

KEHEBATAN BISMILLAH




Diperolehi keterangan dari sebuah hadis, dari Nabi Muhammad SAW, bahawa sesungguhnya beliau bersabda, “Pada malam aku di isra’kan ke langit, ditunjukkan padaku sebuah taman di syurga. Maka disitu aku melihat ada empat buah sungai iaitu, sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, sungai dari arak yang lazat rasanya bagi orang-orang yang meminumnya, dan sungai dari madu yang disaring, seperti yang digambarkan Allah dalam Al-Quran:

“Di dalamnya(syurga)ada sungai-sungai yang tidak berubah rasa dan baunya, dan sungai-sungai yang tidak berubah rasasanya, dan sungai-sungai dari arak yang lazat rasanya bagi orang-orang yang meminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring, dan didalamnya mereka memperoleh segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka.”

( Surah Muhammad, 47: Ayat 15)

Lalu saya bertanya kepada Jibril, “Dari manakah sungai itu berhulu dan ke manakah sungai-sungai itu bermuara?” Jibril menjawab, “Sungai-sungai itu bermuara pada danau Kautsar, dan aku tidak mengerti dimanakah hulunya. Maka tanyakanlah kepada Allah, agar Dia berkenan menunjukkannya padamu.” Lalu beliau berdoa kepada Tuhannya, kemudian datang Malaikat memberi salam kepada beliau, lalu berkata, “Ya Muhammad, pejamkanlah dua matamu!” Maka kupejamkan kedua mataku. Malaikat itu pun berkata kepadaku, “Bukalah kedua matamu!” Ketika kubuka mataku,tiba-tiba aku berada di dekat sebuah pohon dan aku melihat sebuah kubah dari mutiara putih yang pintunya terbuat dari emas merah (menurut keterangan yang lain: dari zamrud yang hijau). Andai seluruh makhluk dunia yang terdiri dari jin dan manusia berdiri di atas kubah itu,nescaya mereka bagaikan seekor burung yang hinggap di atas sebuah gunung, atau bagaikan bola yang dilemparkan ke lautan. Sesudah itu, aku melihat empat buah sungai yang mengalir di bawah kubah ini.

Ketika aku ingin kembali, Malaikat berkata kepadaku, “Mengapakah engkau tidak masuk ke dalam kubah itu?” aku menjawab, “Bagaimana aku boleh memasukinya, sedang pintunya terkunci? Bagaimana pula aku membukanya?” Dia menjawab. “Di tanganmu sudah ada kuncinya.” Aku bertanya, “Dimanakah kunci itu?” Dijawab olehnya, “Kuncinya adalah BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM,” ternyata pintunya terbuka. Kemudian aku masuk ke dalam kubah, dan di situ aku melihat sungai-sungai itu keluar dari empat buah tiang kubah. Ketika aku ingin keluar daripadanya, Malaikat bertanya kepadaku, “Adakah engkau telah melihatnya, ya Muhammad?” Aku menjawab, “Ya, aku telah melihatnya.” Malaikat bertanya lagi, “Lihatlah kembali untuk yang kedua kalinya!” Ketika aku melihatnya lagi, ternyata aku melihat tulisan pada empat buah tiang kubah itu adalah BISMILLAHIRROHMANIRROHIM, dan aku melihat sungai dari air yang berhulu pada huruf mim dari lafaz Bismi, dan sungai dari susu yang berhulu pada huruf ba dari lafaz Jalalah (Allah), dan sungai dari arak yang berhulu pada haruf mim dari lafaz Ar-Rahman, dan sungai dari madu yang berhulu pada huruf mim dari lafaz Ar-Rahim. Maka mengertilah aku bahawa empat buah sungai itu berasal dari BISMILLAH. Sesudah itu Allah berfirman, “Ya Muhammad, sesungguhnya siapa pun dari umatmu yang mengingati Aku dengan nama-namaKu ini dan mengucap BISMILLAHIRROHMAANIRROHIIM dengan hati yang ikhlas, maka aku berikan minuman padanya dari empat buah sungai ini.” Allah akan memberikan dari sisi-Nya suatu pahala yang besar.

Wednesday, January 20, 2010

Aktivis Muslimah Harapan Rasulullah


Menjadi wanita memang menyenangkan, apalagi wanita "Muslimah", sebab muslimah bererti wanita yang telah diseleksi oleh Allah untuk menerima hidayah-Nya dan menjalankan kehidupan sesuai dengan sunnah Rasul-Nya. Rasulullah sebagai manusia pilihan Allah, sangat peduli terhadap muslimah.

Baginda sangat menyayangi muslimah sehingga beliau berpesan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, "Tidaklah seorang muslim yang mempunyai anak dua orang perempuan kemudian ia berbuat baik dalam berhubungan dengan keduanya akan bisa memasukannya ke dalam surga."

Di masa baginda hidup kaum wanita merasakan angin segar dalam kehidupannya, setelah sebelumnya pada masa jahiliyah hidup teraniaya, tidak mendapatkan hak yang semestinya. Kehidupan wanita muslimah saat itu boleh dikata beruntung dibandingkan dengan wanita sekarang pada umumnya. Kerana muslimah relatif hidup dalam komuniti masyarakat yang memahami nilai Islam secara baik. Hidup mereka betul-betul tersanjung, kerana mereka merasakan hidup sesuai fitrahnya.

Berbeza dengan situasi sekarang, ketika banyak wanita menuntut persamaan hak dan darjat. Boleh dikatakan kehidupan wanita sekarang berada ditengah komuniti masyarakat yang tidak memahami nilai-nilai Islam. Ini menyebabkan keserabutan dalam hidup mereka. Sudah tentu wanita muslimah harus berupaya menghilangkan dugaan tersebut. Caranya adalah dengan mulai mengaktifkan dirinya dalam pelaksanaan nilai-nilai Islam serta berupaya mengajak wanita lain untuk beramal Islami.

Ustadz Faisal Maulawi, seorang Mufti Lebanon, menyatakan, "Saatnya sekarang keadaan ummat sedang dalam keadaan bahaya, para wanita muslimah yang solehah terjun untuk terlibat aktif dalam membentengi dan memperbaiki ummat."

Untuk menjadi muslimah yang disayang oleh Rasulullah SAW hendaknya diperhatikan empat hal berikut:

1. Faqihah Lidiiniha

Seorang muslimah hendaklah faqih (paham) terhadap din (agamanya). Selayaknya ia dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dalam erti tajwid dan makhraj hurufnya. Kemudian dapat membaca hadits dan selalu pula menjadi bacaan hariannya, karena dengan itu ia memahami keinginan Rasulnya untuk kemudian berusaha menyesuaikan kehidupannya sesuai dengan cara hidup Rasulullah SAW.

Ia juga harus berusaha memperkaya diri dan wawasannya melalui belajar kepada seorang guru yang jujur dalam menyampaikan ilmunya, dan berusaha banyak membaca buku agama lainnya seperti tentang aqidah, akhlaq, fiqh, sirah, fiqh da'wah, Tarikh Islam, sejarah dunia dan ilmu kontemporari lainnya. Contoh muslimah yang menguasai ilmu-ilmu ini adalah Aisyah RA.

2. Najihah fi Tarbiyyati Auladiha

Seorang aktivis muslimah yang telah berkeluarga hendaklah berupaya dalam mendidik anaknya, bahkan bagi seorang aktivis yang belum berkeluarga pun seharusnya mempelajari bagaimana cara mendidik anak dalam Islam, kerana ilmu tersebut fardhu 'ain, sehingga mempelajarinya sama dengan mempelajari wudhu, sholat, puasa, dan sebagainya. Sehingga ia tahu betul cara mendidik anak dalam Islam yang nantinya anak-anak tersebut akan ia persembahkan untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin. Insya Allah kelak ia akan menjadi Ibu yang sukses seperti Hajar dan Khadijah ra.

3. Muayyidah fi Da'wati Zaujiha

Sebagai aktivis amal Islami, kepedulian kita bukan hanya kepada masalah luaran, mengupayakan pelaksanaan amal Islam terhadap orang lain, akan tetapi kepedulian terhadap aktiviti keluarga harus lebih diutamakan, misalnya memberikan motivasi amal Islami kepada anak, pembantu, juga suami. Ia menjadi muslimah yang senantiasa menjadi motivator kebaikan suaminya, seperti Ummu Sulaim yang menikah dengan Abu Tholhah dengan mahar syahadat. Namun ketika Abu Tholhah wafat Rasulullah mensholatkannya sampai sembilan kali takbir, menunjukkan sayangnya Rasulullah kepada beliau karena tidak pernah berhenti dalam beramal dan berjihad bersama Rasul. Hal ini ia lakukan karena selalu mendapat motivasi dari Ummu Sulaim, istrinya.

4. Naafi'ah Fi Tagyiiri Biiatiha

Ia selalu peduli terhadap lingkungannya, selalu membuka mata dan telinga untuk mengetahui keadaan sekelilingnya, selalu mengupayakan lingkungannya menjadi lebih baik. Contohnya Ummu Syuraik yang selalu mengelilingi pasar bila saat sholat tiba untuk mengingatkan penghuni pasar agar segera melaksanakan sholat dengan kalimatnya yang terkenal 'Assholah, Assholah!!!'



Demikian semoga dengan empat hal ini kita dapat menjadi aktivis Muslimah yang di cintai Rasulullah SAW. Amin.
copy dr www.iluvislam.com

Sunday, January 17, 2010

BAHAYA MEMANDAI-MANDAI DALAM URUSAN AGAMA


Bahaya Memandai-mandai Dalam Urusan Agama

Ada golongan pelajar, profesional atau yang baru berjinak-jinak belajar hadith. Bahkan mengaku dirinya sebagai salafi. Bila berbicara tentang hadith atau hukum biasanya tidak lepas menggunakan kalam Imam Syafie.

Mereka kata :
Imam Syafie sendiri mengatakan ambil hadith sahih. Hadith Sahih itulah mazhabku.
Ungkapan inilah yang selalu digunakan untuk membenarkan tindakan mengeluarkan hukum sendiri. Walaupun dirinya jahil dan tiada disiplin ilmu langsung untuk istinbath hukum.

Bahaya sebenarnya memandai-mandai dalam perkara agama yang melibatkan hukum hakam.

Sebab RasuluLlah sendiri telah bersabda yang bererti :

Dari AbduLLah ibn Amr radiyaLLahu ‘anhu bahawa RasuluLlah sallaLLahu ‘alaihi wasallam bersabda yang bermaksud :

ALLah subhanahu wa ta’ala tidak akan mengangkat ilmu pengetahuan dengan cara mencabutnya dari hati ulama, tetapi dengan cara mematikan mereka, dan jika sudah tidak ada lagi seorang ulama yang masih hidup, maka manusia akan mengangkat pemimpin di kalangan orang-orang yang jahil (bodoh), jika (para pemimpin tersebut ditanya tentang kemusykilan agama) maka mereka akan berfatwa tanpa dasar ilmu, dengan itu mereka menjadi sesat dan menyesatkan. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Ramailah sekarang ini yang berlagak seperti mujtahid. Bila berkata terus keluarkan hadith (itupun belum tentu ia menguasai bahasa Arab untuk tahu tentang hadith). Asal ada isu terus keluarkan hukum dari hadith.

Bolehkah jadi ulamak dengan hafal dan baca 10, 100 hadith sahaja?

Salah seorang ulama yang sezaman dengan Imam Ahmad pernah ditanya orang :
“Jika seseorang sudah dapat menghafal seratus ribu hadith, dapatkah ia dikatakan sebagai faqih…? “Tidak…!”, jawabnya. “Dua ratus ribu hadith..?” “Tidak..!.. katanya. “Tiga ratus ribu hadith..?” “Tidak..! Jawabnya. “Empat ratus ribu hadith..? “Juga tidak..!, tetapi begini (iaitu lima ratus ribu) katanya sambil mengisyaratkan dengan sebelah telapak tangannya.

Banyaknya perlu dihafaz hadith. 500,000 hadith dihafaz baru dikatakan sebagai faqeh. Itupun ulamak amat berhati-hati apabila mengeluarkan hukum walaupun sudah hebat dalam ilmunya. Contohnya :

Imam Malik pernah berkata :

Jika seseorang diminta untuk berfatwa, sebelum memberikan jawapan ia wajib meletakkan dirinya antara Syurga dan Neraka, serta memikirkan nasibnya di Akhirat nanti, kemudian baru boleh ia memberikan jawapan (mengeluarkan fatwanya)”.

Ibn al Qasim berkata :
“Aku pernah mendengar Imam Malik berkata : “Saya sedang memikirkan (jawapan) bagi suatu kemusykilan sejak beberapa puluh tahun dulu, tetapi hingga saat ini belum juga sampai kepada pendapat yang pasti”.

Ibn Abi Layla pernah berkata :
“Saya menemui seramai seratus dua puluh orang Ansar dari sahabat Rasul sallaLLahu ‘alaihi wasallam, jika seorang di antara mereka diajukan pertanyaan (diminta berfatwa), ia akan mengalihkannya kepada yang kedua, dan orang yang kedua akan mengalihkannya kepada orang ketiga dan seterusnya. Sehingga pertanyaan tadi kembali kepada orang yang pertama. Jika salah seorang daripada mereka diminta untuk berfatwa atau ditanya tentang sesuatu masalah, ia akan memohon sahabat yang lain menjawabnya.

Prof Dr Yusuf al Qardhawi, Al Fatwa Bayna Al Indibat al Tasayyub, Fatwa & Antara Ketelitian & Kecerobohan, 1996, Thinker’s Library, Selangor.

Hebat betul ulamak dan para sahabat zaman dahulu, mereka amat warak (berhati-hati) sebab takut untuk mengeluarkan hukum. Takut berdusta atas ALlah dan RasulNya. Ini halal dan ini haram hak siapa untuk berkata? Sedangkan ALlah sendiri mengingatkan kita dalam firmanNya :

“Dan jangan kamu berani mengatakan terhadap apa yang dikatakan oleh lidah-lidah kamu dengan dusta; bahwa ini halal dan ini haram, supaya kamu berbuat dusta atas (nama) Allah, sesungguhnya orang-orang yang berani berbuat dusta atas (nama) Allah tidak akan dapat bahagia.” (an-Nahl: 116)

Berbalik pada persoalan mengenai kalam Imam Syafie yang selalu digunakan oleh golongan tertentu untuk membenarkan tindakannya. Sebenarnya kalam Imam Syafie ini perlu difahami melalui ulamak yang mengikut mazhab syafie juga. Sebab mereka lebih arif dan mendalami apa pengertian sebenar kalam Imam Syafie yang dimaksudkan.

Imam Syafie ada menyatakan :

Apabila hadith itu sahih maka itulah mazhabku

Penjelasan :

Apa yang telah diucapkan oleh Imam Asy Syafie bahawa bila hadith itu sahih maka itulah mazhabnya. Ini bukan bererti bahawa kalau melihat suatu hadith sahih seseorang itu boleh menyatakan bahawa itu adalah mazhab syafie dan boleh diamalkan menurut zahirnya.

Apa yang tersebut di atas hanya ditujukan bagi orang yang sudah mencapai darjat ijtihad dalam mazhab Syafie sebagaimana telah kami terangkan sifat-sifatnya atau yang mendekati sifat tersebut.

Adapun syaratnya ialah ia harus mempunyai sangkaan yang kuat bahawa Imam Syafie rahimahuLLah belum pernah menemukan hadith tersebut atau tidak mengetahui kalau hadith itu sahih.

Untuk mengetahui hal ini, ia harus menelaah semua kitab Imam Asy Syafie dan kitab-kitab para ulama pengikutnya. Sudah tentu syarat ini sangat sulit dan jarang dapat dipenuhi. Adapun diisyaratkan demikian kerena Imam Syafie RahimahuLLah sendiri sering meninggalkan (tidak mengamalkan) hadith-hadith yang telah dilihat dan diketahuinya dan menurut pendapatnya bahawa hadith tersebut cacat dalam riwayatnya. atau maknanya sudah dinasakh, ditakhsis, ditakwil atau sebab lainnya.

Al Majmu’ Syarah Al Muhazzab, Jilid I, hlm 64.

Sekarang sudah jelas bukan? Perkataan Imam Syafie itu ditujukan untuk individu yang mencapai taraf mujtahid. Hendak jadi mujtahid bukan calang-calang orang boleh memiliki taraf ini. Perlu mengikut disiplinnya. Sebagaimana nak jadi seorang doktor bedah, perlu ada mengikuti kursus-kursusnya, kena tahu tentang biologi, atonomi dalam badan, perkara yang berkaitan dengan saraf. Bolehkan siapa sahaja mengklaim dirinya sebagai doktor bedah? Dan kemudian terus melakukan pembedahan ke atas pesakit? Apa akan terjadi pada pesakit tersebut? Contohnya : pesakit A perlu dibedah pada tulang belakang, tetapi ‘doktor bedah palsu’ ini membedah pesakit dan mengeluarkan jantungnya. Jawabnya – tamatlah riwayat pesakit itu atas kejahilan ‘doktor bedah palsu’ terbabit. Kerosakan demi kerosakanlah yang dibawanya.

Itu baru contoh doktor bedah. Bagaimana pula perihal hukum hakam agama yang diserahkan kepada bukan ahlinya? Jawapannya sudah ada diberikan di dalam hadith di atas pada permulaan bicara.

Wednesday, January 13, 2010

DI MANA KETENANGAN & KEBAHAGIAAN...


Semua manusia memburu ketenangan dan kebahagiaan...
kerana ia fitrah semulajadi manusia..
Dimana ketenangan dan dimana bahagia pada harta,pangkat dan kuasa atau pada pada kecantikkan wanita...?

Kalau di situlah kebahagiaan..
Mengapakah jutawan berpenyakit jiwa?
Mengapa yang berpangkat pemarah dan emosi sahaja?
Mengapa yang punya kuasa berkrisis sentiasa?
Mengapa gila wanita selalu kecewa?...

Di mana ketenangan?
di mana kebahagiaan manusia?

Sudah lama manusia mencari tiada jumpa..
Terumbang-ambinglah mereka..
Di tengah kemodenan hidupnya canggih
Tapi jiwanya tersisih sedih....

Manusia kehilangan kebahagiaan
Walau sentiasa memburunya..
Yang disangka bahagia itu rupanya mengecewakan..
Harta, pangkat dan kuasa jua wanita
Semuanya menipunya...
Manusia kecewa dimana-mana....

Di mana ketenangan?
Di mana kebahagiaan manusia...?

Ya Allah, itulah tuhan sumber kebahagiaan..
Kenali dan cintailah Allah..
kerana Allah menyintai kita
Cintakan Allah tiada kecewa...

Beriman kepada-Nya
Dan sembahlah Dia...Ikuti syariat-Nya..
Tawakkallah kepada-Nya..
Pintalah kepada-Nya, berbaik sangkalah kepada-Nya
Itulah penenang jiwa,ubat jiwa yang lara
Nikmat bahagia pasti dirasa....

KATA-KATA HIKMAH ORANG SOLEH





RABI'AH AL-ADAWIYAH

  • Suatu saat Sufyan At-Tsauri bersama Rabi'ah Al -Adawiyah,dia berdoa: "Ya Allah,berilah redho kepadaku.."Rabi'ah Al-Adawiyah berkata kepada Sufyan "Tidakkah malu bila Allah tidak memberikan apa yang engkau minta itu?"
  • Beliau bersyair mengenai cinta kepada Allah sebagai berikut :-
Aku cinta pada-Mu dua sisi cinta,cintakan diri-Mu dan Cinta kerana Engkau patut dicintai..
"Aku cinta akan diri-Mu,aku selalu mengingati-mu,bukan yang selain-Mu.Adapun cinta kerana engkau patut dicintai. Aku tidak mengetahui alam sebelum tahu diri-Mu.Tiada puji dalam hal ini dan itu bagi diriku,tetapi puji dalam hal ini dan itu hanyalah milik-Mu..."

Saturday, January 2, 2010

KATA-KATA HIKMAH ORANG-ORANG SOLEH


AL-HASSAN AL-BASHRI

1. Carilah manisnya amal dalam tiga perkara..Kalau kamu telah mendapatkannya,maka bergembiralah dan teruslah mencapai tujuan dan jika kamu belum mendapatkannya maka ketahuilah pintu masih tertutup rapat...Tiga perkara itu ialah:-

a) Ketika kamu membaca Al-quran
b) Ketika kamu berzikir
c) Ketika kamu bersujud..

2. Siksa bagi orang alim itu ialah matinya hati. Ketika beliau ditanya "Bagaimana matinya hati itu?"
Beliau menjawab "Mencari dunia dengan amal akhirat..."

3. Tuntutlah ilmu tapi tidak melupakan ibadah. Dan kerjakanlah ibadah tapi tidak boleh lupa pada ilmu.

4. Engkau akan mati dan semuanya akan engkau tinggalkan. Hartamu nanti akan dibahagi-bahagikan kepada ahli warismu yang akan saling cakar-mencakar termasuk kepada isterimu yang masih muda belia. Ia akan kahwin lagi dengan orang lain. Jadi kekayaan itu kelak hanya menjadi milik calon suaminya yang baru.

5.Barangsiapa mendoakan orang zalim agar panjang umurnya, maka ia telah mencintai maksiat kepada Allah SWT yang terus berlangsung di muka bumi .

6. Setiap orang yang solat yang hatinya lalai dan lengah, mka hal yang demikian itu adalah lebih cepat mendapat siksa.

7. memutuskan silaturrahim dengan orang fasik adalah cara mendekatkan diri kepada Allah.

8. Sebagai tanda seorang muslim ialah kuat dalam memegang agama,keras hati tetapi disertai dengan lemah lembut, beriman menggunakan keyakinan, berpengetahuan disertai penuh kesabaran, berfikir panjang disertai kasih sayang, memberikan mana yang hak kepada orang lain dan mengikuti jalan yang benar, bersikap sederhana meskipun kaya menunjukkan kebaikan (kecukupan) sekalipun dalam kekurangan (miskin), berbut baik selagi masih berkuasa melakukan, menanggung segala penderitaan dengan berusaha menghilangkannya, selalu bersabar dalam kesulitan, tidak dikuasai oleh perasaan marah, tidak sombong, membela pada yang hak, tidak tunduk pada nafsu syahwat, tidak tamak haloba dan bercita-cita tinggi. Ia suka menolong orang yang teraniaya, belas kasihan pada yang lemah, tidak kedekut dan boros, tidak membazir dan tidak keterlaluan dalam menggenggam hartanya. Suka memaafkan jika dizalimi dan terhadap orang yang menyakitinya. Tabah dan sanggup berkorban demi kebahagiaan orang ramai dan berkecukupan dengan sikapnya yang demikian..