Sahabat-sahabatku..

Thursday, February 16, 2012

HIDUP DUNIA INI HANYALAH PENJARA BAGI ORANG MUKMIN..


Terasa hati ini terketuk-ketuk utk mencoret di dinding yg ana biarkan sepi sndiri..walau sudah kian usang catatan disini ana tingglkan..namun ujian ,nikmat,tohmahan,aib dan pelbagai ragam rencah kehidupan ana lalui meniti hari2 menjadi hamba dan berjuang ats nafsuku sndiri dlm bermujahadah dlm semua kesulitan dan kesenangn terasa semakin dipujuk2 utk menulis.. namun begitu tulisan ini hnyalah utk melegakan sedikit rentetan liku2 yg berlalu.. Allah lah jua kekuatan dan semangatku.. Doa serta firman2-Nyalah semangat dan senjata dlm melayari hari-hariku.. Allah bersihkan hatiku dikala apa pun..

Ana menulis ini hanya sbg rumusan utk bermuhasabah dan bertafaakur agar manfaatnya dpt dirasai pd setiap diri yg mengunjungi blog yg serba dhaif ini.. tiadalah kemasyhuran yg ana ingin hnya catatan sang hamba yg penuh jahil lg lemah serta hina.. Allah jua tempat tertinggi kemuliaan serta kemsyhuran atas sekalian makhluk-Nya.


Ujian Bagi Setiap Mukmin

Allah SWT. berfirman, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (Al ‘Ankabuut Ayat 2)

Pada dasarnya setiap masalah yang menimpa kita adalah ujian bagi diri kita. Bagi seorang mukmin maka ujian akan datang silih berganti. Ujian yang datang adalah untuk membuktikan keimanan kita kepada Allah. Apakah kita masih berharap kepada Allah dan tetap berpegang teguh kepada agama ataukah kita akan lari dan berpaling dari Allah SWT. Jadi mustahil orang orang yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah akan hidup di dunia tanpa adanya ujian yang datang dari Allah Swt. Semakin tinggi iman seseorang maka akan semakin tinggi derajat ujian yang Allah timpakan. Sukses dan tidaknya orang yang lulus dari ujian Allah adalah bukan jalan penyelesaiannya. Orang yang sukses dalam ujian Allah adalah orang yang masih mempertahankan iman dan keyakinannya walau kadang penyelesaiannya seringkali datang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Namun dengan iman yang bersemat di dalam hati dan cara hidup yang masih sesuai dengan tuntunan agama menandakan kesuksesan dalam menghadapi ujian. Satu contoh saat kita mengalami kesulitan keuangan. Lalu kita menipu orang demi mengadakan kebutuhan keuangan kita, maka sebenarnya kita telah gagal dalam ujian Allah, walau dengan menipu uang ada di tangan kita. Karena Allah tidak menghendaki kita menipu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi kita, sementara masih banyak cara lain yang halal agar Allah berikan rejeki kepada kita.

Untuk itu yang penting untuk kita pahami adalah dalam setiap masalah/kesulitan pasti dan pasti Allah kirim pula jalan penyelesaiannya. Sesuai dengan ayat-Nya :
Alam Nasyrah 2Alam Nasyrah
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.( QS. Alam Nasyrah 5-6).
Kita mesti pahami bahwa jalan penyelesaian ujian itu datang daripada Allah SWT. Jalan penyelesaian tidak datang dari keinginan dan kemauan kita sendiri. Allah telah tentukan masalah kepada kita dan Allah pula yang kirim penyelesaiannya. Kadang cara penyelesaiannya tidak seperti apa yang kita harapkan. Tugas kita hanyalah berusaha, kemudian pasrahkan sepenuhnya setiap masalah kita kepada yang menggenggam jiwa kita, Allah SWT. Kita buat doa dan usaha. Usaha yang kita kerjakan mesti kita kerjakan dengan sungguh-sungguh. Begitu pula doa yang kita panjatkan mesti kita kerjakan dengan sunggguh-sungguh. Allah sangat senang kepada hamba-Nya yang datang dengan penuh harap dan kesungguhan di pangkuan-Nya. Ulama beri tahu jika kita tertimpa masalah jangan sekali-kali ceritakan kepada selain Allah. Kita ceritakan setiap kesulitan yang menimpa kita hanya kepada Allah SWT. Karena hanya Allah Swt. yang mampu menyelesaikan masalah kita hingga tuntas. Diluar Allah Swt. tak mampu sedikitpun mengangkat kesulitan-kesulitan dan derita kita.

Yang terpenting juga adalah bekal ketaqwaan yang mesti kita miliki dalam menghadapi ujian Allah. Dengan Taqwa akan mendatangkan kemudahan demi kemudahan. Dengan ketaqwaan kita kepada Allah maka Allah akan bantu segala urusan kita. Dengan Taqwa rejeki dan pertolongan Allah akan Allah berikan kepada kita.

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (At Thalaq Ayat 2 - 3)

Hidup ini cuma sekali. Dlm hidup ini kita tidak boleh gagal. Siapakah yg gagal dlm hidup ini? Orang yg gagal dalam hidup adalah orang yg ketika mati tidak membawa iman dan amal soleh sebagai bekal. Allah telah beri contoh orang-orang yang gagal dalam hidup ini. Fir’aun, Namruz, Qarun, Hamman, Abu Lahab, Abu Jahal, Kan’an adalah orang-orang yang gagal dalam hidup yang Allah ceritakan dalam Al Qur’an. Karena hidup cuma sekali maka kita tidak boleh main-main dalam hidup ini. Hidup ini bukan seperti kita bersekolah di sebuah lembaga pendidikan yang jika kita gagal dalam ujian maka kita bisa mengulang kembali. Maka dari itu setiap ujian dlm hidup mesti kita sandarkan pada agama dan bagaimana cara Allah menentukan hidup kita ini. Allah telah beri kabar kepada kita petunjuk cara hidup yg di bawa oleh para nabi. Nabi-nabi telah ajarkan kepada kita bagaimana kita mestinya mengharungi hidup ini. Kerana hidup ini cuma sementara saja. Hanya 60 hingga 70 tahun saja kita hidup. Namun hidup yg sementara ini sangat menentukan bagaimana nasib kita di akhirat kelak. Untuk itu kita mesti contoh orang-orang yang telah berjaya dalam hidup ini. Para nabi, sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan orang-orang soleh zaman dulu adalah orang yang telah berjaya mengharungi samudera kehidupan yg sementara. Jika kita ingin mencontoh orang-orang yang berjaya dalam hidup maka lihatlah orang2 yg ana sebutkn td. Orang-orang yang telah mati yang telah Allah sebutkan dalam Alquran dan kitab-kitab hadits. Merekalah orang-orang yang telah berjaya besar dalam hidup ini, hingga keridhaan Allah ada pada mereka.

Mereka orang-orang yg mesti kita teladani. Mereka pun sama seperti kita. Mereka memiliki banyak masalah dalam hidup ini. Mereka adalah orang-orang yang telah mengalami kesusahan demi kesusahan dlm menjalani ujian yang datang daripada Allah Swt. Namun dengan bekal iman dan taqwa yg mereka miliki maka Allah telah kirimkan bantuan kepada mereka. berjayanya mereka dalam hidup adalah bagaimana menggunakan harta, masa dan diri mereka hanya untuk Allah dan agama. Sehingga atas pengorbanan mereka Allah telah bayar mereka dengan kebahagiaan dan ketenangan hidup di dunia bahkan di Akhirat yang kekal abadi. Merekalah para sahabat nabi, Abu Bakar As Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Abi Waqash, Talhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Bilal bin Rabbah, Khalid bin Walid, Usamah bin Zaid, Amr bin Ash, dan seluruh sahabat nabi telah mendapatkan sebesar-besarnya keridhaan Allah. Inilah tanda berjaya kehidupan yang paling hakiki. Sehingga kehidupan mereka telah Allah sebut-sebut dalam Al Quran. Allah bangga pada mereka, sehingga Allah menghendaki kita untuk mencontoh jalan dan cara hidup mereka radhialllaahu ‘anhum.



Suatu hari, tiba-tiba Allah Taala menentukan turunnya bala ke atas diri dan keluarga kita. Hati dan perasaan kita gagah mencari dan bertanya; Apakah salah dan dosa yang telah kita lakukan? Mengapa begitu susah untuk menenteramkan hati dengan berprasangka baik kepada Allah Taala? Kita berusaha memujuk diri dengan satu kefahaman bahawa bala dan ujian itu akan Allah Taala balas dengan sesuatu yang lebih baik berbanding apa yang telah hilang di tangan anda. Allah SWT sentiasa memilih yang terbaik untuk diri kita. Adakah patut kita mendahului Allah SWT dalam setiap pilihan-Nya? Manusia berkata dalam hati: ”Alangkah eloknya jika begini dan begini.” Adakah manusia itu mengetahui sepertimana Allah SWT Maha Mengetahui? Yang sehelai daun gugur di serata bumi ini pun tidak akan gugur kecuali dengan pengetahuan-Nya? Alangkah naifnya manusia jika ia merasa dirinya lebih tahu apa yang terbaik buat dipilih.

Saidina Umar bin al-Khattab RA pernah merasa berputus asa ketika kemenangan Islam tak jua muncul. Padahal di sisi beliau ada Rasulullah SAW, kekasih Allah SWT. Rasa putus asa Umar ini jauh lebih bernilai daripada rasa putus asa kita yang kehilangan dunia, anak atau isteri. Rasa putus asa Umar adalah mewakili Islam dan kesetiaannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Manakala rasa putus asa kita mewakili kepentingan dan ego dalam diri sendiri. Umar meratap sedih: ”Wahai Rasulullah bukankah kamu utusan Allah? Bukankah Agama ini benar?” Rasulullah SAW menguatkan semangat sahabatnya: ”Sesungguhnya Aku adalah seorang hamba Allah dan sudah tentu Dia tidak akan membinasakan diriku.” (Sirah Nabawiyah oleh Dr Mustafa al-Sibaie)

Kata-kata keramat baginda SAW ini sudah selayaknya menghiasi hati orang mukmin yang bergantung sepenuhnya kepada Allah Taala. Jika kita mahu menelusuri selok belok kehidupan ini, ujian dan cabaran itu sebenarnya membuat anda menjadi lebih kebal. Tak mudah goyah dan mampu melompat lebih tinggi. Orang yang memenangi pertarungan itu sebenarnya bukan yang kuat tetapi yang paling mampu menahan sakit. Lihatlah kepada mereka yang telah berjaya. Di atas kesakitan itu mereka membina kekuatan, rela tidak tidur untuk kerja yang perlu diselesaikan. Ada yang bertahan mengesat air mata merindukan keluarga yang jauh demi tanggungjawab yang harus dipikul. Mereka yang berjaya begitu disiplin dan menghargai kesakitan yang diderita. Sudah menjadi sunnatullah hidup ini penuh onak dan duri. Allah Taala menguji siapakah yang paling baik imannya dan paling reda dengan qadak dan qadar-Nya.

Dr Yusuf Al-Qaradawi dalam kitabnya Al-Iman wal Hayah menyatakan: ”Tidak mungkin manusia dapat menghindarkan diri dari pelbagai kesulitan, begitulah kenyataan hidup, ramai yang bersua dengan kegagalan, ditinggalkan kekasih, penyakit yang menyerang tubuh, kehilangan harta benda dan seterusnya. Kemudian beliau mengambil hadis Rasulullah SAW yang bermaksud: ”Perumpamaan orang beriman yang ditimpa ujian bagai besi yang dimasukkan ke dalam api, lalu hilang karatnya dan tinggal yang baiknya saja.”
Beliau juga meminjam kata-kata seorang ulama: ”Setiap kali aku ditimpa ujian duniawi, terbayang olehku tiga kurniaan Tuhan. Yang pertama, cubaan itu tidak menjejaskan agamaku. Yang kedua, aku tidak ditimpa bahaya yang lebih besar dari itu. Yang ketiga, aku mendapat pahala dari Allah SWT kerananya.

Betapa indahnya ungkapan semangat yang mencerminkan kekerasan hati orang beriman. Sepertimana kata-kata Saidina Urwah bin al-Zubair RA saat menghadapi sakit sehingga anggota badannya diamputasi dan kematian anak lelakinya: ”Ya Allah, di atas kesedihan ini hamba memuji-Mu, Engkau telah memberiku tujuh orang anak, lalu Engkau mengambilnya satu. Aku tidak menyesal, bukankah Engkau tinggalkan untukku enam orang lagi? Kaki dan tanganku semuanya empat dan Engkau hanya ambil satu saja daripada mereka. Bukankah ada tiga lagi yang sepatutnya aku syukuri? Kalau Engkau yang mengambil maka Engkau juga yang memberi. Kalau Engkau yang menurunkan bala, sesungguhnya Engkau juga yang menyelamatkan.”

Setelah diasak dugaan barulah manusia sedar bahawa dirinya amat lemah dan tidak berdaya. Itulah hikmah sebenar mengapa Allah SWT menguji, supaya tumbuh jiwa hamba pada diri kita. Agar tiada rasa ego yang melampau dan menganggap akulah yang kuat lalu menzalimi orang lain. Kerana ada Yang Maha Kuasa yang serta merta boleh merenggut ubun-ubunnya dan menghapuskan apa saja yang dimiliki. Oleh itu sudah sepatutnya manusia berwaspada apabila dia rasa selesa dengan kenikmatan saja tanpa merasa diuji dengan bala dan musibah. Sebab begitulah tanda-tanda orang yang lalai hatinya dari mengingati Allah SWT. Sentiasa aman dan selesa padahal dia melakukan kejahatan.

Firman Allah Taala yang bermaksud: ”Katakanlah wahai Muhammad: Mahukah Kami khabarkan kepadamu tentang orang-orang yang amat merugi perbuatannya? Iaitu orang-orang yang telah sesat perbuatannya sewaktu hidup di dunia sedangkan mereka mengira bahawa perbuatannya itu adalah kebaikan.” (Surah Al-Kahfi: 103-104)

Manusia hanya boleh merancang, Allah SWT jua yang menentukan. Jika seorang bapa kehilangan anaknya nescaya Allah SWT membalas dengan Baitul Hamdi (sebuah istana khusus di syurga) kerana kesabarannya. Bagaimana pula orang yang cekal di atas bala yang lebih teruk daripada itu? Balaslah ujian Allah SWT dengan lafaz pujian dan syukur kepada-Nya, kerana ia tanda kasih sayang Allah Taala ke atas diri kita.


No comments:

Post a Comment